Analisis Self Esteem Pada Siswa Korban Perceraian

Micel Yelti(1*), Afdal Afdal(2),

(1) Universitas Negeri Padang
(2) Universitas Negeri Padang
(*) Corresponding Author




Abstract

Self esteem adalah penilaian diri bagaimana seseorang memandang atau menilai diri sendiri yang berhubungan dengan kualitas-kualitas diri, perasaan mampu atau tidak mampu, perasaan diterima atau tidak diterima. Lingkungan keluarga tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, sering terjadi keributan yang menyebabkan pertengkaran akan berakhir pada perceraian, akan membuat anak merasa dirinya kurang baik dan menimbulkan self esteem yang negatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis self esteem pada siswa korban perceraian. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif berupa studi kasus. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, yang membahas mengenai aspek self efficacy siswa tentang keyakinan akan kemampuan diri untuk berfikir dan belajar, keyakinan memilih dan membuat keputusan yang tepat untuk menguasai tantangan dan perubahan. Kemudian pada aspek self respect membahas mengenai kepercayaan diri akan pencapaian, kesuksesan, pertemanan, kepercayaan akan dihargai, dan kepercayaan akan cinta. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 orang siswa dengan rincian 2 orang siswa perempuan dan 1 orang siswa laki-laki yang orangtuanya bercerai (umur rata-rata 12-13 tahun; berstatus pelajar) melalui wawancara.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa siswa dengan status keluarga bercerai cenderung memiliki self esteem yang rendah, yang ditandai dengan selalu melihat diri mereka dengan sudut pandang yang negatif, seperti tidak nyaman dengan diri sendiri, selalu berharap menjadi orang lain karena menganggap bahwa orang lain lebih hebat dibandingkan dirinya, berlebihan dalam menanggapi kegagalan, sering merasa sedih, lebih banyak memandang kehidupan dari sisi negatif saja, tidak suka dikritik orang lain, tidak berhubungan akrab terhadap sekitarnya, tidak mau mengambil resiko, sering berpikiran buruk terhadap orang lain, mudah menyerah, dan tidak percaya diri. Terkait dengan temuan ini, para orangtua yang sudah bercerai dan memiliki anak, disarankan seharusnya orangtua lebih memberikan perhatian, kasih sayang kepada anak-anaknya. Agar anak tetap merasa berharga dan dapat menilai dirinya lebih positif sehingga tidak terjerumus dalam hal-hal negatif. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan Implikasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling, layanan yang dapat diberikan yaitu layanan konseling individual dan layanan konseling kelompok.

Keywords

Self Esteem, Siswa, keluarga bercerai

References

Afdal, A. (2015). Kolaboratif: Kerangka Kerja Konselor Masa Depan. Jurnal konseling dan pendidikan, 3(2), 1-7.

Aini, H., & Afdal, A. (2020). Analisis Kesiapan Psikologis Pasangan dalam Menghadapi Pernikahan. Jurnal Aplikasi IPTEK Indonesia, 4(2), 136–146. https://doi.org/10.24036/4.24372

Afdal, Yunasril, R., Lestari, S.M., Nusa, S. A., Ramadhani, A.F., & Syapitri, D. (2021). Dampak Perceraian Oangtua Terhadap Meaning of Life Remaja. JKKP (jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan), 8(02), 186-198. https://doi.org/10.21009/jkkp.082.07

Albert, bandura. (1997). Self efficacy. New York: Academic Press.

Albert, bandura. (1998). Self efficacy. New York: Academic Press.

Alwisol. (2014). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Anggraeni, S. (2010). Gambaran Harga Diri pada Pelaku Redivisme: Studi pada Residisme di Lembaga Permasyarakatan.

Baron, Robert, A., & Byrne, D. (2012). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Clucas, C. (2020). Understanding self respect and its relationship to self-esteem. Personality and social Psychology Bulletin, 46,6.

Cole, K. (2004). Mendamping Anak Menghadapi Perceraian Orangtua. Alih bahasa: Tisa Asiantari. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedent Of Self Esteem. San Fransisco: W.H. Freeman & Company.

Corey, G. (2010). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Feist, J., & Feist, G.J. (2010). Teori Kepribadian (Jilid Ketujuh). Jakarta: Salemba Humanika.

Guindon, M. H. (2010). Self-Esteem Across The Lifespan. New York: Taylor & Francis Group.

Greenberg, J. (2008). Understanding The Vital Human Quest For Self Esteem. Perspectives on Psychological Science, 3(1), 48-55.

Hadori, R., Hastuti, D., & Puspitawati, H. (2020). Adolescents’ Self Esteem in Intact and Single-Parent Families: Its Relation with Parent-Adolescent Communication and Attachment. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 13(1), 49–60. https://doi.org/10.24156/jikk.2020.13.1.49

Hariko, Rezki. (2017). Pengembangan Perilaku Prososial Siswa Melalui Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jurnal Seminar konseling & talkshow nasional. Hal 48-56.

Islamiah, N., Daengsari, D.P., Hartiani,F. (2015). Cognitive Behavior Therapy Untuk Meningkatkan Self Esteem Pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, vol.8, No.3, 142-145.

Lutan, R. (2003). Self Esteem: Landasan Kepribadian. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu Organisasi dan Tenaga Keolahragaan Dirjen Olahraga Depdiknas.

Maghfiroh, L. N., Siregar, R. D., Sagala, D. S., & Khadijah. (2017). Dampak Tumbuh Kembang Anak Broken Home Novi. Al-Irsyad, 105(2), 79. Diambil dari https://core.ac.uk/download/pdf/322599509.pdf

Nazir, Moh. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nikmarijal, N., & Ifdil, I. (2014). Urgensi Peranan Keluarga bagi Perkembangan Self-esteem Remaja. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 2(2), 19–24. https://doi.org/10.29210/19800

Ningrum, P. R. (2013). Perceraian Orang Tua dan Penyesuaian Diri Remaja Studi Pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan Di Kota Samarinda. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(1), 39–44. https://doi.org/10.30872/psikoborneo.v1i1.3278

Prayitno., Afdal., Ifdil., & Ardi, Z. (2017). Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok yang Berhasil. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahmi, S., Mudjiran, M., & Nurfahanah, N. (2016). Masalah-masalah yang Dihadapi Siswa yang Berasal dari keluarga Broken Home dan Implikasinya terhadap Program Layanan Bimbingan dan Konseling. Konselor, 3(1),1. https://doi.org/10.24036/02014312973-0-00

Rosenberg, M. (1965). Society And The Adolescent Self Image. New York: University Press.

Sumantri, Mulyani. (2014). Perkembangan Peserta Didik, Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tafarodi, R.W., & Milne, A.B. (2002). Decomposing Global Self Esteem. Journal Of Personality, 70 (4), 443-483.

Taufik, T. (2015). Bimbingan Kelompok Pra-Nikah Bagi Mencegah Perceraian Di Kalangan Pasangan Muda. Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 15(2), 118. https://doi.org/10.24036/pedagogi.v15i2.5838

Wibowo, S.B. (2016). Faktor Mempengaruhi Self Esteem. Jurnal Humanitas, Vol. 13, no.1,72-83.

Willis, Sofyan S. (2017). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta.




DOI: 10.24036/0847cons
10.24036/0847cons

Article Metrics

Abstract View : 291 times


Refbacks

  • There are currently no refbacks.